Liga Inggris telah melahirkan banyak bintang sepak bola yang mengukir namanya dalam sejarah. Namun, tidak semua dari mereka mampu mempertahankan performa cemerlangnya saat berkarier di liga-liga top Eropa lainnya. Beberapa Agen Liga EURO 2024 di antaranya bahkan mengalami kegagalan yang cukup tragis, baik karena kehilangan bentuk permainan atau cedera berkepanjangan. Artikel ini membahas tujuh superstar Liga Inggris yang gagal bersinar di Eropa, termasuk Michael Owen, serta faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan mereka.
Michael Owen: Bintang Muda yang Meredup
Michael Owen adalah salah satu talenta terbesar yang pernah dihasilkan oleh sepak bola Inggris. Memulai karier profesionalnya di Liverpool, Owen dengan cepat menjadi bintang berkat kecepatan, ketajaman, dan insting Berita EURO 2024 Terbaru mencetak golnya. Pada tahun 2001, Owen memenangkan Ballon d’Or, sebuah penghargaan yang mengukuhkan statusnya sebagai salah satu pemain terbaik di dunia.
Namun, ketika Owen pindah ke Real Madrid pada tahun 2004, kariernya mulai merosot. Meskipun mencetak 13 gol dalam 36 pertandingan La Liga, Owen kesulitan mendapatkan tempat utama di tim yang penuh dengan bintang seperti Ronaldo, Zinedine Zidane, dan Raul. Setelah satu musim, Owen kembali ke Inggris bersama Newcastle United, namun cedera yang sering menghantuinya membuatnya sulit untuk kembali ke performa terbaiknya.
Andriy Shevchenko: Ikon Milan yang Gagal di Chelsea
Andriy Shevchenko adalah legenda AC Milan yang terkenal dengan kemampuannya mencetak gol dari berbagai posisi. Selama berkarier di Milan, Shevchenko SBOTOP EURO 2024 memenangkan banyak gelar, termasuk Liga Champions UEFA dan Ballon d’Or tahun 2004. Namun, ketika pindah ke Chelsea pada tahun 2006 dengan rekor transfer klub, ia gagal memenuhi ekspektasi.
Di Chelsea, Shevchenko kesulitan beradaptasi dengan gaya bermain Liga Inggris dan sering mengalami cedera. Dalam dua musim, ia hanya mencetak sembilan gol di Liga Inggris sebelum akhirnya dipinjamkan kembali ke AC Milan. Kegagalannya di Chelsea menjadi salah satu transfer terburuk dalam sejarah klub.
Radamel Falcao: El Tigre yang Kehilangan Taji
Radamel Falcao, dikenal sebagai “El Tigre”, adalah salah satu striker paling ditakuti di dunia selama masa jayanya bersama FC Porto dan Atletico Madrid. Kehebatannya dalam mencetak gol membuat Manchester United dan Chelsea tertarik untuk membawanya ke Liga Inggris. Namun, karier Falcao di Inggris tidak berjalan mulus.
Dipinjamkan ke Manchester United pada musim 2014-2015, Falcao hanya mencetak empat gol dalam 26 pertandingan liga. Cedera serius yang dideritanya sebelum pindah ke Inggris tampaknya mempengaruhi performanya. Situasi tidak membaik saat dipinjamkan ke Chelsea pada musim berikutnya, di mana ia hanya tampil dalam 10 pertandingan liga dan mencetak satu gol. Falcao akhirnya kembali ke Monaco, di mana ia kembali menemukan sebagian dari performa terbaiknya.
Ángel Di María: Bintang Argentina yang Gagal Bersinar di Old Trafford
Ángel Di María adalah pemain sayap yang luar biasa berbakat, yang menunjukkan performa gemilang di Real Madrid. Kepindahannya ke Manchester United pada tahun 2014 dengan nilai transfer rekor klub diharapkan membawa kreativitas dan kecepatan ke lini serang United. Namun, Di María gagal beradaptasi dengan gaya bermain Liga Inggris dan kehidupan di Manchester.
Di María hanya bertahan satu musim di United, mencetak tiga gol dalam 27 pertandingan liga. Hubungannya dengan manajer Louis van Gaal dilaporkan tidak baik, dan performanya di lapangan tidak memenuhi ekspektasi. Ia kemudian pindah ke Paris Saint-Germain, di mana ia kembali menemukan performa terbaiknya dan memenangkan banyak gelar domestik.
Fernando Torres: Dari El Niño ke Kegagalan di Chelsea
Fernando Torres adalah salah satu striker paling berbahaya di dunia selama masa jayanya di Liverpool. Kecepatannya, kemampuan dribbling, dan ketajamannya di depan gawang membuatnya menjadi ancaman bagi pertahanan lawan. Namun, kepindahannya ke Chelsea pada Januari 2011 dengan nilai transfer rekor Inggris saat itu tidak berjalan sesuai harapan.
Torres kesulitan mencetak gol dan sering terlihat kehilangan kepercayaan diri. Dalam 110 penampilannya di Liga Inggris untuk Chelsea, ia hanya mencetak 20 gol, jauh dari harapan penggemar dan manajemen klub. Meski ia memenangkan beberapa trofi bersama Chelsea, termasuk Liga Champions UEFA, performa individunya jauh dari kata memuaskan.
Robinho: Si Anak Ajaib yang Tersandung di Manchester City
Robinho, yang dijuluki “Si Anak Ajaib”, adalah salah satu pemain Brasil yang sangat menjanjikan ketika bergabung dengan Real Madrid. Pada tahun 2008, ia pindah ke Manchester City dengan harapan membawa kreativitas dan flair ke Liga Inggris. Meski memulai dengan baik, Robinho segera mengalami penurunan performa.
Robinho hanya bertahan dua musim di City, mencetak 14 gol dalam 41 pertandingan liga. Penampilannya tidak konsisten, dan ia sering dilaporkan tidak puas dengan kehidupan di Manchester. Setelah dipinjamkan ke Santos, Robinho akhirnya pindah ke AC Milan, di mana ia menemukan kembali sebagian dari performa terbaiknya.
Alexis Sánchez: Bintang Arsenal yang Meredup di Old Trafford
Alexis Sánchez adalah salah satu pemain terbaik Arsenal, dikenal dengan kecepatan, kekuatan, dan kemampuan mencetak golnya. Pada Januari 2018, ia pindah ke Manchester United dalam kesepakatan yang melibatkan Henrikh Mkhitaryan. Namun, kariernya di Old Trafford jauh dari harapan.
Sánchez kesulitan menemukan bentuk permainan terbaiknya dan sering terlihat frustrasi di lapangan. Dalam 32 pertandingan liga untuk United, ia hanya mencetak tiga gol. Cedera dan kurangnya kepercayaan diri memperburuk situasi. Sánchez akhirnya dipinjamkan ke Inter Milan, di mana ia menemukan kembali performanya, meski tidak sefenomenal di Arsenal.
Baca Juga: